DUMAI (KRIMINAL) - Sungai Dumai yang membelah daratan di Kota Dumai, Riau, hingga menjadi dua bagian yakni Barat dan Timur saat ini terus melebar tergerus terjangan abrasi hebat hingga 45 meter, kata Ketua Pecinta Alam Bahari Dumai, Darwis Mhd Saleh, Minggu (22/5).

Hebatnya terjangan abrasi di Sungai Dumai disebabkan banyaknya sejumlah kapal besar berdaya angkut ratusan bahkan ribuan ton yang "merayap" masuk melintasi alur sungai Dumai, kata Darwis.

"Kondisi ini sangat memprihatinkan. Bayangkan, sungai Dumai yang tadinya hanya selebar 10-15 meter, saat ini sudah mencapai 50-60 meter, akibat terjangan abrasi," kata dia.

Selain kapal besar, juga karena gerusan abrasi yang membuat minimnya tanaman bakau bersejarah yakni bakau belukap atau "riizophora mucronata" yang tadinya membudidaya di alur sungai Dumai.

"Kita sangat mengharapkan dukungan pemerintah setempat agar ada pembatasan terhadap kapal-kapal yang masuk dan beraktivitas di sungai Dumai. Karena jika secara terus-menerus kapal bermuatan diatas 100 ton melintasi sungai Dumai, maka tingkat gerusan akan semakin deras," jelasnya.

Kondisi tersebut, kata Darwis, sudah barang tentu akan semakin menenggelamkan bakau belukap yang memiliki sejarah atau legenda "Putri Tujuh".

Legenda Putri Tujuh menurut cerita masyarakat setempat, merupakan legenda atau sejarah terbentuknya Kota Dumai.

Darwis mengungkapkan, saat ini di kota Dumai terdapat lebih sembilan pelabuhan yang masih aktif disinggahi oleh kapal-kapal besar pengangkut barang impor.

Menurut dia, sejumlah pelabuhan tersebut merupakan pelabuhan tikus yang tidak memiliki izin operasi alias ilegal.

"Tapi entah apa sebab, pemerintah setempat seperti Dinas Perhubungan dan polisi tidak tahu menahu, mereka terkesan `tutup mata," ungkapnya.

Penelusuran Koresponden Kriminal di Dumai menyebutkan, saat ini di sepanjang alur Sungai Dumai tercatat ada sekitar sembilan pelabuhan tikus yang biasanya dimanfaatkan oleh sejumlah importir untuk menyelundupkan berbagai barang ke Indonesia.

Salah satunya, yakni Pelabuhan Sungai Beruang di Kelurahan Pelintung, Kecamatan Medang Kampai. Kemudian Pelabuhan Sungai Kemeli dan Pelabuhan Arang di Kelurahan Mundam, yang juga di Kecamatan Medang Kampai.

Pelabuhan lainnya yakni Pelabuhan Tanjung Palas, Kelurahan Tanjung Palas dan Pokala di Kelurahan Buluh Kasap, Kecamatan Dumai Barat.

Sementara empat pelabuhan tikus di sungai Dumai lainnya meliputi Pelabuhan TPI Lama, Petak Panjang, Sungai Dumai, Pelabuhan Nasir serta Pelabuhan Ayan, berada di Kecamatan Dumai Timur.

Sejumlah pelabuhan tikus tersebut dikabarkan mulai berdiri sejak belasan tahun silam dan hingga sekarang masih aktif dimanfaatkan sebagai jalur transit barang selundupan seperti pakaian bekas, elektronik bahkan minuman keras.

Kapal-kapal yang kerap menyusup singgah di sejumlah pelabuhan tikus ini juga memiliki daya angkut diatas 200 ton. Aktifitas mereka terus marak tanpa ada tindakan tegas pemerintah dan aparat kepolisian setempat.(egy/ant)