Jumat, 10 Juni 2011

Komisi III Desak Walikota Bekukan Izin Operasi PT Pacific Indopalm Industries

>> PT Pacific Indopalm Industries Diketahui Tidak Mempunyai Amdal
DUMAI (VOKAL) – Hasrizal ,Komisi III DPRD Dumai mendesak Pemerintah Kota Dumai untuk segera membekukan izin operasi PT Pacific Indopalm Industries. Lebih tegas lagi, pihak legislatif meminta Walikota Dumai, Khairul Anwar, segera bereaksi memanggil pimpinan tertinggi perusahaan. Pasalnya, insiden tumpahnya minyak kelapa sawit mentah (CPO) ke Perairan Dumai sudah terbukti adanya pencemaran.

"Apalagi Kepala KLH, sendiri bilang Indopalm sudah melanggar undang-undang lingkungan hidup, dan siap diancam penghentian izin operasi. Jangan menunggu berlarut-larut, segeralah tegasbekukan izin operasi Indopalm," ujar Anggota Komisi III, Hasrizal, kepada Wartawan.

Dengan suara lebih emosi, Hasrizal pun meminta gertakan KLH ke managemen PT Indopalm tidak sebatas retorika di media saja. Tetapi harus dibuktikan dengan penetapan sangsi. "Kepala KLH jangan berani beretorika di media saja. Sudah waktunya, persoalan ini diserahkan ke Walikota Dumai. Walikota lah yang harus memanggil Mr Ali," ujar Hasrizal lagi dengan nada tinggi.

Hasrizal menyayangkan sikap managemen perusahaan modal asing yang tidak menghargai kepala kantor."Kalau dua kali tak datang, artinya Mr. Ali tak lagi takut dengan Kepala KLH (Kantor Lingkungan Hidup). Pak Basri tidak lagi disegani, makanya Walikota lah yang harus menyelesaikan ini," ujar Politisi Partai Buruh itu kepada wartawan yang selalu memintanya untuk Berkomentar.

Terkait permintaan izizn tersebut telah di katahui PT Indo Palm tidak mempunyai Amdal dan sangat di sayangkan jika perusahan yang yang bertaraf internasional tersebut tidak mempunyai Amdal,”terang Hasrizal, Kesal.(egy)

Kepolisian Serius Mengusut Kasus Pembunuhan Dengan Membentuk Tim

>> Dugaan Keluarga Mengarah Kepada Teror Yang Diterima Almarhum Tianova
DUMAI (VOKAL) – Dalam Menangani kasus Pembunuhan yang terjadi di Kelurahan Bumi ayu, Kecamatan Dumai Timur, tepatnya di jalan Lembaga, yang menewaskan seorang ibu Lilis Suryani dan anak gadinya yang bernama Tianova Risayulbi (16), Pihak Kepolisian Membentuk Tim Khusus Guna Menyelesaikan kasus tersebut.
Tim yang terdiri dari 15 personil polisi diberi target paling lama tiga bulan sudah harus menemukan pelaku pembunuhan sadis tersebut."Ini kasus menonjol dan mendapat perhatian luas di masyarakat. Kita bentuk tim, sehingga diharapkan kasus ini secepatnya dapat terungkap," kata Kapolresta Dumai AKBP Rudi Abdi Kasenda kepada wartawan di Dumai.
Tianova Risayulbi (16), yang di ketahui anak angkat dari korban Lilis Suryani (44) yang ditemukan tewas mengenaskan di rumahnya, Jalan Bumi Ayu, Gang Saleh Said, RT 8, Dumai Timur, Minggu (5/6) malam. Lilis tewas di kamarnya dengan tiga tusukan di kepala dan dada. Tiga gigi copot, mulut dilakban, tangan dan kaki terikat.

Di kamar berbeda,di temukan Tianova tergeletak di samping tempat tidurnya dengan 11 luka tusukan di tubuh, terutama dada dan punggung. Kuat dugaan si pembunuh bengis sempat menggerayangi tubuh Tianova, sebab celana panjang yang dikenakan siswi SMA I Dumai itu sudah melorot hingga paha. Dan Sejumlah barang berharga dilaporkan hilang, seperti kalung, gelang, ATM, dan telepon seluler.

Kemarin tim identifikasi Polresta Dumai kembali melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Polisi menemukan sejumlah barang bukti pendukung, seperti dua botol minuman keras yang masih ada sedikit sisa isinya serta puntung rokok di kamar mandi. Kemudian, percikan darah di pintu mobil bagian belakang. Mobil dengan nomor polisi BM 1451 RB itu masih terparkir di garasi. Di dalamnya terdapat televisi flat 27 inci, yang tersimpan di jok belakang mobil dalam kondisi terbungkus dalam dus.

Polisi mengamankan pula piala golf yang gagangnya sedikit pecah. "Piala ini kami duga sebagai alat pemukul kepala salah satu korban," ujar seorang anggota kepolisian saat olah TKP berlangsung."Kami pun mencurigai mobil yang mungkin akan dibawa kabur pelaku, karena
ada percikan darah, apalagi di dalamnya ditemukan televisi. Kata keluarga, televisi itu sebelumnya tidak tersimpan dalam mobil," ujar anggota polisi lainnya.

"Botol itu saya yang menemukan. Saya keget saja, karena setahu saya, ayahnya Nova itu tidak suka rokok, apalagi minuman keras. Dia itu alim, kuat agamanya," ujar Tina,ibu kandung Tianova dan adik kandung Lilis Suryani.

Kapolresta Dumai AKBP Rudi Abdi Kasenda mengatakan, pelaku diduga orang yang dikenal korban. Setidaknya hal itu diperkuat kondisi tempat kejadian perkara, di mana tak ada tanda-tanda kerusakan secara paksa di rumah korban. Seluruh pintu dan jendela tertutup dan terkunci sampai suami korban, Yelfa pulang dan mengetahui peristiwa pembunuhan itu pertama kalinya pada Minggu malam, sekitar pukul 23.00.

Kapolres meminta tim selalu melaporkan perkembangan penyelidikan kasus pembunuhan Lilis dan putrinya. "Dalam satu minggu, tim sudah harus mendapatkan gambaran mengenai kasus pembunuhan ini," kata AKBP Rudi Abdi Kasenda.

Akibat Peristiwa tersebut Tina amat terpukul. Dia tak hanya kehilangan adik, Lilis, tapi juga Tianova Risayulbi yang sebenarnya merupakan anak kandungnya. Dia sampai menggigil ketika mengingat lagi bagaimana dua orang yang disayanginya itu dibunuh dengan sadis.

"Kami terakhir telpon-telponan satu bulan lalu. Kak Lilis sering ganti nomor handphone, jadi sulit untuk dihubungi," ujar Tina saat berbincang dengan Tribun di pelataran rumah korban, kemarin.

Tina masih ingat, dalam perbincangan terakhir mereka, Lilis mengungkapkan kekhawatiran sering menerima ancaman teror dari seseorang. Itu pula alasan kenapa Lilis sering gonta-ganti nomor handphone (HP). Menurut Tina, sang kakak bahkan sampai tiga kali mengganti nomor HP dalam rentang waktu satu bulan.

Teror yang merupakan ungkapan kemarahan seseorang itu, kata Tina, mulai muncul selepas Lilis pulang dari ibadah umrah satu tahun lalu. Ketika itu Lilis menunaikan ibadah ke Tanah Suci bersama ibu Angkatnya Lilis Suryani.

"Kata kakak, dia (peneror) sering marah-marah, suka mengancam saya dan keluarga. Makanya, saya ganti nomor HP. Tolong kalau mereka (peneror) minta nomor HP saya, jangan dikasih ya..." ujar Tina, menirukan pesan Lilis dalam percakapan mereka sekitar satu bulan lalu.

Tina tak mau bicara lebih detil mengenai ancaman peneror. "Yang jelas, dia marah pada kakak saya, karena persoalan pembagian harta dari hasil penjualan tanah. Si peneror merasa diperlakukan tidak adil, dan menyuruh kakak saya untuk memberikan kembali uang itu kepadanya," tutur wanita asal
Pasaman, Sumbar, itu.

Kabar teror yang mendera Lilis rupanya tak hanya diketahui Tina, tapi telah menyebar di tengah keluarga besarnya. "Makanya, saat keluarga dari Pasaman mendengar kabar pembunuhan, kami semua mengarah ke persoalan itu (ancaman teror). Tapi itu baru dugaan kami saja," ujar Tina.

Tina mengungkapkan, Tianova Risayulbi merupakan anak kandungnya. Putri bungsunya itu diserahkan kepada Lilis sejak usia delapan bulan dan telah diangkat sebagai anak. Meski kerap menelepon Lilis, Tina mengaku jarang menelepon anaknya itu. Terakhir ia bertemu Tianova sekitar satu tahun lalu, saat hari raya.

"Nova belum tahu saya adalah ibu kandungnya. Sengaja kami tak memberitahu, menunggu Nova berusia 17 tahun.tepatnya saat ia tamat dari SMA nanti. Tapi, sebelum itu diceritakan, dia keburu pergi," ujar Tina, dan ia kembali menangis saat menceritakan hal tersebut kepada wartawan.(egy)