Rabu, 29 Juni 2011

Penduduk Basilam Baru Turut Menebang Hutan

>> Hasil Penebangan Untuk Pembuatan Pemukiman
DUMAI (VOKAL) – Gundulnya Hutan konservasi yang terdapat di Kelurahan Basilam Baru, kecamatan Sungai Sembilan, di sinyalir juga di akibatkan oleh penduduk sekitar yang melakukan penebangan dan pengolahan kayu secara illegal.

Lebih dari seribuan rumah di Kelurahan Basilam Baru, terbuat dari kayu yang diduga hasil dari pembalakan liar."Rata-rata rumah di sini memang terbuat dari kayu. Kalau dihitung ada lebih dari seribuan rumah, namun beberapa ada juga yang terbuat dari batu bata," kata seorang warga Dusun Mekar Sari, Basilam Baru, Suprapto (50).

Suprapto menjelaskan, kebanyakan kayu yang dibangun menjadi sebuah rumah merupakan hasil atau sisa dari pembukaan lahan hutan di kawasan konservasi harimau Sumatra. Diakui, lahan tersebut kemudian dialihfungsikan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit.

"Biasanya, kayu yang memiliki diameter besar, akan di angkut ke kilang-kilang kayu untuk diolah menjadi kayu siap pakai seperti papan yang kemudian digunakan untuk membangun rumah," ujarnya.

Warga mengakui, aksi pembukaan lahan perkebunan sawit tersebut belum memiliki surat resmi dari pemerintah kecamatan dan pemerintah Kota Dumai."Biasanya kita menebang atau membuka kebun dulu, baru setelah itu bagaimana caranya agar surat keterangan ganti rugi (SKGR) bisa keluar," kata Suprapto.

Di kesempatan terpisah, Sudir (33), warga Dusun Asarun, Basilam Baru, menyatakan, sejauh ini pembukaan lahan perkebunan baru di hutan lindung yang merupakan kawasan konservasi harimau Sumatra itu masih terus berlangsung tanpa ada larangan dari pihak pemerintah setempat."Setiap kepala keluarga di sini minimal memiliki dua hektare kebun sawit," ujarnya.

Ketika ditanya mengenai izin pembukaan lahan perkebunan di wilayah hutan konservasi harimau tersebut, Sudir mengaku sama sekali tidak mengerti dengan hal demikian."Saya baru sekitar satu tahun tinggal di Dumai. Sebelumnya saya diajak sama keluarga saya yang sudah lebih dulu membuka lahan di sini," kata Suprapto.

Pria yang mengaku berasal dari Jawa Timur ini mengungkapkan, saat ini dirinya beserta adik yang juga baru berada di Dumai tengah berusaha menggarap sekitar empat hektare lahan hutan untuk dialihfungsikan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit.

Selain Sudir, kebanyakan warga di Kelurahan Basilam Baru saat ini terus menambah lahan perkebunannya dengan membuka lahan-lahan baru di tengah hutan lindung Sinepis dengan cara membakar.

Pembakaran hutan tersebut terpantau tanpa ada tindakan atau pengawasan dari pihak pemerintah setempat. Sisa kebakaran hutan tersebut juga menghasilkan asap yang kini menutupi sebagian besar wilayah perkotaan.

Sementara Staf Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Dumai, Eko, beranggapan pembukaan lahan perkebunan sawit tiada henti itu membuat berbagai hewan dilindungi termasuk harimau terus menyempit dan memaksa mereka masuk ke pemukiman warga."Kita menharapkan dengan keluarnya harimau dari sarangnya, menyadarkan manusia bahwa alih fungsi lahan berdampak pada bencana," Pungkasnya.(egy)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar